Sunday, October 2, 2016

MENGUPAS SEDIKIT VISI MASA DEPAN IGI DAN MEMPERJELAS APA YANG IGI INGINKAN DARI TOT SURABAYA?


Ketika terpilih menjadi Ketua Umum 30 Januari 2016, saya mendeklarasikan target :
  1. Satu juta anggota IGI dalam 5 tahun.
  2. Pengelolaan keuangan secara akuntabel berbasis perbangkan
  3. Menghadirkan IGI minimal di 80 % kabupaten/kota di Indonesia.
Seiring perjalanan waktu saya kemudian membuat target-target yang semakin ambisius :
  1. Satu juta guru terlatih literasi produktif dalam 5 tahun.
  2. Bertemu dan bersilaturahmi dengan kawan-kawan guru di seluruh kabupaten/kota di Indonesia sebagai upaya mendekatkan guru daerah dengan pengurus pusat IGI
  3. Menggerakkan guru dalam Tujuh Gerakan Nasional IGI
  4. Membuat pelatihan di 50 titik setiap minggu.
  5. Menjadikan IGI mandiri berdiri diatas kaki sendiri, terhormat dan tak menjadi organisasi pengemis moderen.
  6. Menjalin sinergi dengan segala pihak yang memiliki komitmen kuat pada peningkatan mutu guru
  7. Menjadikan guru bermartabat, terhormat dan tak mau lagi dibayar Rp.4000,-/jam(guru harus memiliki nilai tawar lebih tinggi dari buruh bangunan)
Target-target ini sudah barang tentu bukan target biasa, target ini mungkin lebih dari target kemendikbud sekalipun atau bahkan lebih dari target negara dalam meningkatkan kemampuan gurunya tapi inilah yang disebut komitmen mencapai sesuatu, jika pun gagal, Tuhan akan menilainya dari niat, bukan pada hasil akhir.
Dalam upaya mencapai semua itu, memang banyak hal yang harus terus menerus meningkat, jika dulu IGI cukup memikirkan sebuah eksitensi, IGI cukup hadir di ibu kota provinsi atau di kabupaten yang kebetulan tumbuh, kini IGI harus hadir dan eksis di seluruh kabupaten/kota. Kita akan memastikan kabupaten/kota yang menolak IGI akan jauh tertinggal, kita akan pastikan organisasi guru yang menghalangi IGI, akan menjadi organisasi PENGHAMBAT PENINGKATAN MUTU GURU, kita akan pastikan bahwa daerah yang belum tersentuh IGI akan jauh dari kemajuan.
Gerakan literasi yang dulu berbasis kertas dan harus mencetak buku akan kita digitalisasi dan membuat bumi akan semakin lestari karena pohon tak lagi ditebang untuk kertas. Kita akan hadirkan IGI store untuk mendampingi Play Store dan App Store sebagai kanal khusus untuk literasi digital guru-guru Indonesia. Jika dulu IGI bisa menerbitkan 1 buka dalam setahun, maka kedepan kita pastikan IGI bisa menerbitkan 100 tulisan setiap minggu.
150 guru akan kita kumpulkan di LPMP Jawa Timur tanggal 6-9 Oktober 2016. Mereka bukanlah guru biasa, karena bukan guru biasa , maka sesungguhnya TOT literasi produktif di Surabaya adalah ajang mengidentifikasi variasi pelatihan guru Indonesia untuk MENGHADIRKAN PEMBELAJARAN BERBASIS IT YANG MENYENANGKAN DAN MENGGEMBIRAKAN DI RUANG-RUANG KELAS.
Saat ini kami sudah memiliki beberapa variasi pelatihan dan beberapa pengurus pusat yang memiliki kemampuan khusus yang kemudian akan kita buat menjadi kanal 1 yang dipimpin Mampuono, kanal 2 yang dipimpin Abdul Karim, kanal 3 yang dipimpin Slamet Riyanto, Kanal 4 yang dipimpin Abdul Kholiq, kanal 5 yang akan dipimpin Elyas. Kanal-kanal ini akan mendalami lebih jauh, apa saja yang dapat kita lakukan dari Tablet guru untuk membuat guru-guru kita kreatif dalam pembelajaran di kelas sehingga siswa senang belajar, bukan terpaksa belajar. Kawan-kawan peserta akan terdistribusi ke dalam kanal-kanal tersebut.
5 kanal ini sifatnya hanya sementara, jika ada peserta yang punya kemampuan khusus dan bisa membuat diklat guru dimana guru yang dilatih nantinya punya kemampuan dan kreativitas khusus juga, kita akan membentuk kanal baru dan kita berharap ada 10 atau lebih kanal pelatihan IGI dengan variasi yang berbeda-beda.
Karena TOT ini berbasis tablet, kita mengundang PT Samsung Elektronik Indonesia untuk membedah secara tuntas “Tablet A8 dalam pembelajaran berbasis IT”
Dalam upaya meningkatkan akselerasi kemampuan guru, diklat kedepan selain Tatap Muka langsung, juga akan kita buat dalam dunia maya melalui Vicom dan diklat dalam media sosial, untuk itu Pak Gatot HP, Direktur SEAMEO yang berbasis di Bangkok akan hadir bersama Timnya untuk memfasilitasi IGI meningkatkan kompetensi guru lewat dunia maya.
Kita akan hadirkan Pak Satria Dharma, Pak Ahmad Rizali, Pak Habe Arifin dan Pak Muhammad Ihsan untuk memberikan penguatan pada semangat dan militansi membuat IGI jauh lebih baik lagi.
Kita akan bahas disana bagaimana membuat seluruh Indonesia bergerak.
Untuk singkronisasi diklat-diklat IGI dengan pemerintah, pasca TOT Surabaya, IGI akan membuat pertemuan khusus dengan Kemendikbud dalam upaya IGI mendorong pencapaian standar UKG minimal 80 sebelum 2018. IGI siap menjadi mitra pemerintah menjadikan guru terhormat dan bermartabat.
Ayo Kawan-kawan, mari terus bergerak, YAKINLAH, INDONESIA AKAN JAUH LEBIH BAIK JIKA GURUNYA BERMUTU TINGGI, BERMARTABAT DAN TERHORMAT KARENA KUALITAS DAN KEMAMPUANNYA TERUTAMA DALAM 4 KOMPETENSI DASAR GURU.
Ambon, 1 Oktober 2016
Muhammad Ramli Rahim
Ketua Umum Pengurus Pusat
Ikatan Guru Indonesia Periode 2016-2021
Sumber Info: WWW.IGI.OR.ID
Read More

Saturday, August 13, 2016

TRAINING OF TRAINER LITERASI PRODUKTIF NASIONAL


Setelah melewati proses panjang mulai dari pengiriman karya tulis, penilaian karya, uji publik, saringan PP hingga konsultasi ke wilayah. Akhirnya ditetapkan peserta TOT LITERASI PRODUKTIF NASIONAL untuk dua angkatan pertama dan akan dilanjutkan dengan dua angkatan kedua.

Seluruh peserta TOT yang nantinya dinyatakan lulus akan diberikan SERTIFIKAT KEPELATIHAN NASIONAL SAMSUNG DAN SERTIFIKAT KEPELATIHAN NASIONAL LITERASI PRODUKTIF IKATAN GURU INDONESIA.

Mereka yang dinyatakan lulus akan diturunkan melatih literasi di seluruh Indonesia yang nantinya ditargetkan 50 diklat literasi setiap minggu pada 50 kabupaten/kota di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mencapai target GERAKAN SATU JUTA GURU TERLATIH LITERASI PRODUKTIF BERBASIS IT sehingga diharapkan di masa depan guru-guru Indonesia tidak perlu lagi meminta bantuan para “pembuat karya tulis”, memalsukan karya tulis atau plagiat sehingga guru-guru Indonesia bukan hanya terhormat dihadapan siswa dan orang tua tapi juga di hadapan diri sendiri.
Dalam TOT nanti, Seluruh peserta akan disediakan tiket pesawat, akomodasi dan konsumsi. Mereka yang dinyatakan sebagai calon peserta untuk angkatan pertama yang akan diselenggarakan 27-28 Agustus 2016 di TCC Batavia Tower Lantai 22 Jakarta yaitu :
Angkatan I
1. NURDIN, Aceh
2. ELIZABETH TJAHJADARMAWAN, Jambi
3. WIDADI, DKI Jakarta
4. KASMAN S. KAMSURYA, Maluku
5. DJOKO B. SOERATMAN, Sulawesi Utara
6. BASRI LAHAMUDIN, Sulawesi Selatan
7. ABD. AZIZ ROFIQ, Banten
8. FRANSISKA DWI MULYANI W., Kalbar
9. WA ODE IDA FARIDA, Sulawesi Tenggara
10. RITA SUKAESIH, Kalimantan Tengah
11. MIRAWATI, Sulawesi Barat
12. DELTA NIA, Riau
13. TEDDY HANDIKA, Sumatera Selatan
14. ANDRI DEFRIOKA, Sumatera Barat
15. PANDAPOTAN HARAHAP, Sumatera Utara
16. JOKO WAHYONO, Kalimantan Timur
Fasilitator/Peserta Utama
1. SLAMET RIYANTO (DI Yogyakarta)
2. ABDUL KHOLIQ (Jawa Timur)
3. ABDUL KARIM (Jawa Tengah)
4. DAHLI AHMAD (Jawa Barat)
5. ABDUL HALIM (Kalimantan Selatan)
6. MAMPUONO (Jawa Tengah/PJ)
7. RUSNANIE (Kalteng/PJ)

Lalu untuk angkatan kedua kemungkinan akan dilaksanakan di STIKOM Bali tanggal 22-23 Oktober 2016 yaitu :
Angkatan II
1. HERWIN HAMID, Sulawesi Tenggara
2. ARHAMNI RUSNI, Aceh
3. TRI GOESEMA PUTRA, Riau
4. MULYADI HARAHAP , Sumut
5. MEDIA HARJA, Sumatera Selatan
6. KURNIATI , Bangka Belitung
7. RAHMAT HIDAYAT, Jawa Barat
8. WULAN WIDANINGSIH, Jawa Barat
9. FIQRON ALCHOIR, Banten
10. M.A.UTAMI EKO P.I, Jawa Tengah
11. LILIK MASRUKHAH, Jawa Timur
12. MOHAMMAD HAIRUL, Jawa Timur
13. JAWARIAH, NTB
14. SISMANTO, Kalimantan Timur
15. JANSJE SYULTY TIMPOROK, Sulut
16. ABDUL HADI, Kalimantan Selatan
17. PANJI IRFAN, Kalimantan Tengah
18. ARFIANI BABAY, Sulawesi Selatan
19. DEWI WAHYUNI, Sulawesi Selatan
20. PERI OKTIARMI, Jambi
21. KHAIRUDDIN, Aceh
22. DERRY NODYANTO, Bangka Belitung
23. LEWA KARMA, Bali
24. SUPARTO A. AMALI, Gorontalo
25. BAMBANG SETIAWAN, NTB
26. RINRIN NURFAIDAH
27. ELYAS
28. HARSOYO
29. Hj. NOOBAYTIE
30. ANDI MUHAMMAD YASIN
31. IMAM WAHYUDI
32. SULTAN
33. ERMAWANTI
34. AKHITUA WASAHUA
35. TAJUR ZULFIKAR
36. DEWI SRI INDRIATY KUSUMA
40. AMIN MUNGAMAR
41. EKOWANTO
42. NURSYAMSI
43. SETIAWAN AGUNG WIBOWO
44. LITA SRISULISTIYANITIAS
45. YUSMIWATI
46. DJONI SETIAWAN
47. WAHYU SRI LESTARI
48. MUHAMMAD NOOR
49. MARETE
50. SUTRIYONO
51. BADRUN FUADY
52. DANANG HIDAYATULLAH
Fasilitator
1. MAMPUONO
2. SLAMET RIYANTO
3. ABDUL HALIM
4 ENDAR S PARMASASMITA
5. GUSTI SURIAN (PJ)
Seluruh peserta diwajibkan membawa TOR Diklat Literasi Produktif untuk 50-100 peserta,durasi 8 jam tatap muka dan 21 jam daring dalam pemahamannya masing-masing.
TOT Literasi Produktif ini , IGI berharap Mas Mampu, Mas Slamet dan Mas Karim, Mas Kholiq, Mas Elyas dan kawan-kawan lainnya jadi Pionernya, targetnya :
  1. Menjadikan para calon Trainer memiliki 3 kemampuan sekaligus, yaitu kemampuan melatih menulis, melatih IT, dan melatih maksimalisasi tablet sagusatab sehingga seluruh diklat IT nantinya berbasis Tablet dan datang pelatihan tak perlu lagi bawa Laptop apalagi PC tapi semua bisa tuntas dengan tablet agar guru mengajar di kelas tak perlu ribet.
  2. Menemukan formulasi terbaik diklat literasi produktif berbasis IT dengan format 8 jam tatap muka dan 24 jam on line untuk itu, semua calon peserta harus menyiapkan bahan masing-masing untuk dipelajari fasilitator lalu dibahas yang paling memungkinkan.
  3. Menemukan Brand Individu masing-masing calon trainer sehingga kedepan kita bisa menemukan “Abdul Kholiq Master Sagusanov IGI “, ” Abdul Karim Master Komik dan Game Pembelajaran IGI”, Slamet Riyanto Maestro Guru Penulis Buku Indonesia”, “Mampuono Master Power Point Pembelajaran IGI”, Dst dan masing-masing nanti punya brand sendiri sehingga pengurus daerah bisa memilah dan memilih ingin dilatih oleh siapa dan siapa lagi.
Info Khusus
  1. Setiap peserta wajib membuat pernyataan siap melatih minimal 2 kali dalam sebulan (format sudah disiapkan). Dikirim paling lambat tanggal 20 Agustus 2016 ke email: literasiguru@gmail.com atau WA/Telegram an. Abdul Halim +6282159088608
  2. Setiap Trainer nantinya wajib mengirimkan tulisan beserta foto kegiatan dari diklat literasinya yang akan diposting di website IGI.
  3. Khusus TOT di Bali, semua peserta wajib membawa Tablet Samsung A8 (boleh pinjam sama teman jika belum punya)
  4. Angkatan ke-3 dan ke-4 akan diumumkan kemudian setelah pelaksanaan diklat angkatan ke-2
Ditetapkan di Jakarta,
10 Agustus 2016
Muhammad Ramli Rahim,
Ketua Umum Pengurus Pusat IGI

Sumber Informasi :
 
Read More

Tuesday, May 31, 2016

Ketua IGI : Mari Kita Bangun Kolaborasi Pendidikan Bukan Kompetisi

         Menyambut hari Pendidikan Nasional, tanggal 02 Mei lalu, pidato Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) ini membangunkan kesadaran kita tentang mitos-mitos yang  terjadi seputar kompetisi di dalam dunia pendidikan . Hal senada pernah juga disampaikan oleh seorang penulis buku "Bakat Bukan Takdir", bernama Andrie Firdaus dan Bukik Setiawan. Hasil karya kolaborasi ini justru melahirkan tulisan yang cemerlang, diisi juga  tentang pandangannya terhadap mitos-mitos kompetisi yang sering terjadi di dalam dunia pendidikan kita. Semoga dengan membaca isi pidato dari Ketum IGI dan pandangan praktisi pendidikan ini, merubah persepsi kita terhadap kompetisi-kompetisi yang justru membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk. Namun dengan semangat kolaborasi kita mampu bangkit dan berkembang bersama yang justru melahirkan sebuah  bangsa yang berkualitas dan bermatabat. 
Mari kita simak isi singkat pidato ketum berikut ini;

Bertahun-tahun lamanya dunia pendidikan kita dibangun dengan kompetisi, hingga peringatan HARDIKNAS puluhan kali, dunia pendidikan kita terus menerus dibangun dengan semangat kompetisi.

Bukan hanya siswa, guru pun dipaksa untuk berkompetisi, berbagai ajang dibuat untuk mempertarungkan guru dan kemudian lahirlah guru hebat satu atau dua orang dan disaat yang sama lahirlahlah pula jutaan guru yang terkalahkan.

Lihatlah ajang Guru Berprestasi yang biasa kita sebut Gupres, begitu banyak yang bangga karena terpilih menjadi Gupres kabupaten/kota, begitu banyak yang merasa hebat karena menjadi Gupres provinsi dan sedikit guru yang merasa luar biasa karena menjadi Gupres Nasional.

Mereka hebat karena menjatuhkan begitu banyak guru lainnya, banyak yang bangga pada mereka tapi tahukah kita bahwa jutaan guru telah menjadi “guru terkalahkan” mereka telah kehilangan kepercayaan diri karena tak memegang label “guru berprestasi” bahkan mereka datang ke sekolah tertunduk malu karena berstatus “kalah”

Lihatlah siswa-siswa dulu dengan status “rangking” mereka yang rangking satu begitu bangga tapi ada puluhan siswa yang terkalahkan di kelas tersebut, mereka tak bisa bangga karena dihadapan mereka ada “sang rangking satu”.

Bukankah dibelakang hari banyak diantara mereka yang “bukan rangking” tapi sukses luar biasa. Mungkin Rudi Hartono, Rudi Chaeruddin dan Rudi Hadisuwarno tak akan sehebat itu jika mereka dipaksa harus menjadi “rangking 1”.

Karena mereka memiliki kemampuan spesifik yang tak mungkin dipaksa menjadi rangking satu. Olimpiade sains nasional begitu minim melahirkan orang hebat, mengapa?. Karena hanya sedikit orang yang berstatus “Juara” dan lainnya berstatus “terkalahkan”.

Isu globalisasi memang telah memaksa kita untuk berkompetisi dan kita larut didalamnya sehingga pendidikan kita hanya melahirkan sedikit orang hebat dan sebagian menjadi pecundang bahkan banyak dari mereka sukses bukan karena sekolah tapi mereka sukses karena sesuatu di luar sekolah seperti minat, bakat dan lingkungan yang boleh jadi hal-hal seperti ini telah terkalahkan di Sekolah

Kini kita lumayan memahami mengapa tak ada lagi “rangking” di Sekolah bahkan kini, nilai pun harus dideskripsikan, tapi pendidikan kita masih belum meninggalkan kompetisi, faktanya, institusi-institusi pendidikan dan pemerintah masih sibuk dengan berbagai kompetisi menjelang momentum tertentu.

Mengapa kita tidak mendorong siswa Indonesia untuk semuanya menjadi “Juara”, mengapa kita tidak mendorong guru-guru Indonesia untuk semuanya menjadi “Juara” bukan mendudukkan mereka mayoritas pada posisi “terkalahkah” sehingga guru tertunduk malu bertemu dengan siswanya karena berstatus “terkalahkan” sementara siswa tertunduk malu dihadapan gurunya katena tak mampu menjadi “Juara”

Kompetisi akan melahirkan persaingan dan persaingan menjadi juara akan membuat manusia cenderung menggunakan segala macam cara untuk “menang”, mereka yang juara tak akan mau berbagi dengan yang lain karena takut “terkalahkan” sehingga yang terjadi adalah sebagian dari kita menjadi superior dan mayoritas dari kita menjadi imperior.

Sekolah-sekolah”juara” tak akan mau berbagi dengan sekolah-sekolah “terkalahkan” karena mereka takut, rahasia sukses mereka terkuak dan akhirnya terkalahkan

Jika kompetisi terus didorong, maka guru-guru terbaik di Jawa tak akan rela guru-guru di Papua menjadi hebat karena takut suatu ketika terkalahkan.

Pemerintah bisa saja mengubah sistem kompetisi kita dan mulai membuat “STANDAR JUARA” sehingga bukan hanya satu atau dua orang guru yang BISA berstatus Juara tapi SELURUH Guru bisa saja berstatus juara.

Contoh paling sederhana adalah Tahfidz Al Quran. Kita tak perlu mencari satu yang terbaik dari seluruh santri tapi cukup dibuat standar “siapapun yang mampu menghapal 30 Jus dengar tartil yang benar maka dia adalah “Juara”.

Mengapa pemerintah tidak membuat OSN dengan standar tertentu sehingga semua siswa yang mampu mencapai level tersebut adalah “juara” bahkan mereka yang level tingkatan kelasnya masih dibawah juga bisa “juara” tanpa harus mengalahkan siapapun juga.

Mengapa demikian, karena sistem ini akan menumbuhkan kolaborasi, siswa akan saling mendukung, saling berbagi, saling menyemangati untuk bersama-sama menjadi juara.

Guru-guru kita akan berkolaborasi untuk bersama-sama menjadi “Juara”, bukan menjatuhkan yang lain untuk menjadi “Juara”. Kolaborasi akan melahirkan karakter Juara bukan karakter mengalahkan dan terkalahkan.

Selamat HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 Mei 2016
Mari kita bangun kolaborasi untuk pendidikan yang lebih baik.

Makassar, 2 Mei 2016

Muhammad Ramli Rahim
Ketua Umum Pengurus Pusat
Ikatan Guru Indonesia

Read More

IGI TUMBUH MENJADI BESAR BUKAN KARENA KETERGANTUNGAN DENGAN PARA PEJABAT

Salah satu tulisan dari Pengurus IGI Pusat Jakarta menyikapi situasi dan kondisi dengan pemikirannya yang luar biasa...

Dear All,

Setelah saya mencermati perkembangan kita di IGI akhir-akhir ini, terutama terkait dengan event-event massal yang menjanjikan kehadiran pejabat, ditambah dengan adanya beberapa keluhan dari berbagai pihak, termasuk anggota IGI, masyarakat audiens, dan bahkan dari pihak pejabat itu sendiri ke IGI, maka kita harus segera MENGAMBIL SIKAP! Yang lalu biarlah berlalu! Cukuplah sudah IGI Jateng , IGI Jambi, atau beberapa IGI Wilayah atau Daerah yang lain yang mendapatkan appointment dari mereka-mereka yang oleh sebagian orang dianggap "orang-orang terpenting", lalu turun disposisi ke orang di bawahnya yang "kurang terlalu terpenting", lalu di bawahnya lagi yang "tidak terlalu terpenting", dan di bawahnya lagi yang"tidak terpenting sama sekali".

Sedikit review dan evaluasi untuk pembelajaran mungkin bisa saya paparkan pengalaman tentang kegiatan SEMINAR INTERNASIONAL DAN PELANTIKAN PP IGI DI SEMARANG pada tanggal 10 April 2016 sebagai berikut:

1. Bahwa kenyataan ada sederet achievement yang dilakukan para panitia IGI Jateng dalam kegiatan tersebut yang patut kita apresiasi, antara lain:
• Pelaksanaan kegiatan hanya satu bulan dari rapat awal panitia berasal dari dari 20 kabupaten-kota di seluruh jateng, dan mereka berkumpul hanya dua kali, di LPMP Jateng dan di Rembang saat muswil (Muswil dadakan yang sukses, jempol untuk IGI Rembang). Semuanya atas biaya kawan-kawan sendiri.
• Rapat virtual berlangsung dalam rgrup-grup kepanitian di WA dan itu berlangsung dalam waktu hampir tanpa batas sepanjang persiapan kegiatan sampai kurang lebih seminggu setelah kegiatan untuk penuntasan pekerjaan kepanitiaan.
• Panitia dalam tiga hari (48 jam) bisa menarik peserta sebanyak 644 orang yang mendaftar secara online, mengkonfirmasi kehadiran dengan transfer, dan bekerja keras membatasi jumlah kehadiran peserta baru. Animo peserta menjadi sangat tinggi karena IGI Jateng biasanya mengadakan acara seminar besar hanya setahun sekali atau dua kali. Biaya sangat murah, apalagi Gubernur dan menteri kita undang sebagai pembicara. Di samping itu, host diskusi panelnya para penyiar radio terkenal di ibukota Jateng.
• Jumlah peserta yang semula kita targetkan 1000 orang kita kurangi 40% tetapi seminarnya kita ubah menjadi seminar internasional dengan menghadirkan peserta dan pembicara dari LN serta target vicon dengan beberapa negara melalui SEAMOLEC.
• Mars dan Hymne IGI berkumandang dengan merdu untuk pertama kalinya.
• Sekolah-sekolah ternama yang kaseknya kebetulan pengurus IGI tidak segan-segan menyumbangkan kreativitas murid dan gurunya.
• Kehadiran PP dari seluruh Indonesia yang dilantik sekitar 75%. Pendeknya, semua acara berjalan ideal. Peserta kalau dihitung indeks kepuasannya mungkin bisa di atas 80%, dst.

2. Bahwa kenyataan kegiatan tersebut ternyata berbarengan dengan kunjungan presiden di dua kota di Jateng adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Jadi tidak mungkin kita re-schedule kegiatan karena bertabrakan dengan kegiatan RI-1, dan ini tentu kontra produktif jika kita berharap banyak dari kehadiran para pejabat penting. Pejabat pasti akan memilih mengikuti presiden daripada mengikuti kegiatan IGI Jateng, meskipun saya pribadi sudah menyampaikan sendiri ke gubernur tentang rencana kegiatan kita dan beliau mengatakan , YA! Surat menyurat sudah kita kawal dengan menugaskan orang-orang khusus yang TIDAK SEMBARANGAN. Demikian juga halnya dengan surat ke Dirjen dan Menteri, yang akhirnya kita siasati dengan menayangkan video sambuatan pak menteri pada saat kita audiensi satu hari sebelum hari H. Namun yang tidak bisa diubah adalah, KITA SUDAH BERJANJI MENDATANGKAN ORANG-ORANG TERPENTING DAN YANG HADIR TERNYATA BUKAN MEREKA!

3. Bahwa IGI sebagai organisasi profesi yang independen, yang merdeka, yang dikelola oleh guru-guru Indonesia yang BERMARTABAT dan BERPRESTASI harus kembali kepada semangat, TIDAK TERGANTUNG KEPADA PEJABAT MANAPUN IGI TETAP SURVIVE! Bekerjasama dengan siapapun termasuk para pejabat is OK, tapi jangan itu menjadikan kita TERGANTUNG dan cenderung berdampak kurang baik bagi masa depan IGI.
Untuk itu saya menyerukan agar mulai saat ini IGI TIDAK SEMATA-MATA menggantungkan dan mempertaruhkan nama besar kita dari nama besar para pejabat. Mengapa? Kejadian terus berulang, dan mungkin kita akan kecewa berulang karena merasa di PHP-in. KIta mungkin saja maklum dan bisa mengerti akan ketidak hadiran para pembesar dalam kegiatan kita, tetapi audiens mana mau tahu? Imbasnya adalah pada kredibilitas IGI. Mereka akan menganggap IGI sebagai organisasi yang, maaf, omdo alias omong doang dan di dalam hati mereka mungkin akan berkumandang lagu Bang Haji ini, “ … Kau yang berjanji kau yang menginkari,… Kau yang mulai kau yang mengakhiri…”. Untuk itu perlu dilakukan cara-cara lain yang lebih elegan sebagai alternatif penyelesaian masalah. Silakan jika teman-teman IGI yang lain bisa ikut memperkaya ide saya ini. Sebagai SOLUSI, saya mengusulkan ide:

1. IGI DARI GURU UNTUK GURU. Untuk itu, mari kita beri kesempatan kepada para guru yang menjadi besar karena apa yang mereka telah lakukan untuk meningkatkan kompetensi diri dan kompetensi anak bangsa. Mereka bisa jadi para guru telah mendapat penghargaan secara formal dari pemerintah, lembaga tertentu, atau negara tertentu tetapi tidak tertutup kemungkinan mereka juga para guru belum sempat mendapat penghargaan formal. Tetapi mereka adalah para guru yang diakui peran sertanya dalam memajukan pendidikan dan penghargaan yang mereka dapatkan berupa apreasi positif dari masayarakat dan khalayak terhadap mereka. Mereka bisa saja sedang menjadi pengurus IGI , sedang berniat akan bergabung dengan IGI, atau bahkan di luar IGI sama sekali itu tidak masalah. Yang penting mereka tulus berjuang demi perbaikan pendidikan di negeri ini. Mereka adalah para guru yang telah mencatatkan sejarah kehidupannya dengan prestasi baik formal maupun non formal. Kita galang info sebanyak mungkin tentang mereka, lalu kita branding sedemikian rupa dan kita undang mereka ke seantero negeri agar menularkan kebaikan, ketulusan, dan prestasi mereka untuk bangsa ini melalui even-event IGI.

2. IGI dibangun dan dibesarkan oleh para pendiri dan pembina yang (sekali lagi saya menyebut) BUKAN ORANG SEMBARANGAN. Barangkali gaung mereka sebagai orang besar mulai dilupakan oleh khalayak, atau oleh kita sendiri sebgai orang IGI, atau bahkan oleh mereka sendri yang tanpa sadar mulai melupakan bahwa diri mereka sejatinya adalah MASIH ORANG BESAR! Namun, alangkah naifnya jika kita tidak kemudian menjadi sadardiri bahwa IGI itu sangat dekat dengan orang-orang besar yang tulus ingin memajukan negeri ini. KIta memiliki Pak Indrajati Sidi, kita memiliki pak Gatot Hp Priowirjanto , KIta memiliki Pak Baedhowi, kita memiliki Pak Ahmad Rizali, Kita memiliki Mas Mohammad Ihsan, bahkan kita memiliki Mas Satria Dharma, seorang tokoh literasi! Kenapa tidak kita berdayakan mereka secara intensif dan menjadikan IGI lebih bergerak progresif secara signifikan?

3. Ada banyak tokoh besar di luar sana, di luar IGI dan guru maksudnya. Mereka itu para pemenang penghargaan, akademisi, praktisi, penemu, pengusaha, para tokoh muda penggerak kemajuan, tokoh agama, atau tokoh masyarakat, dll. yang sangat peduli pada kemajuan pendidikan di negeri ini dan sangat ingin berbagi. Kenapa tidak kita ciptakan wadah untuk mereka. Mari kita isi kegiatan-kegiatan IGI dengan menghadirkan mereka sebagai penyebar inspirasi dan kebesaran negeri. Daripada mengundang menteri dan dirjen, apakah tidak mungkin suatu saat kita mengundang Prof. Arif Rachman, Sri Mulyani, Ipho Right Santoso, Andre Hirata, Nadhim Makarim (penemu Gojek), Ekky (penemu Sopo Jarwo), Hafiza Elfira, Elang Gumilang, Sandiaga S Uno, Kukrit (Suara Merdeka), Dahlan (Iskan Jawa Pos), Gus Mus, Emha, para mantan pejabat, mantan gubernur atau mantan bupati/walikota dll. yang peduli pendidikan dan amat rindu ketemu rakyatnya agar tetap bisa menyerukan kebaikan untuk kemajuan bangsanya. . Saya yakin Pak Ketum punya stok banyak kalau dari kalangan entrepreneur.

4. .... (Silakan tambahkan)

Dengan demikian, pelan namun pasti, IGI TUMBUH MENJADI BESAR BUKAN KARENA KETERGANTUNGAN KEPADA PEJABAT, TETAPI OLEH DIRINYA SENDIRI! Dan dengan ijin Tuhan Yang Maha Esa tentu saja. Ada yang setuju?

Terima kasih.

Salam Pergerakan Pendidikan!

Mampuono R Tomoredjo
Sekjen IGI
Stevens Road. Singapore
Read More

Tuesday, May 24, 2016

Catatan Perjalanan “Semalam di Gili Trawangan”

       Perjalanan yang melelahkan namun sangat menyenangkan, berkesan sekaligus banyak memberikan pelajaran, memetik hikmah yang berguna bagi kehidupan selanjutnya. Perjalanan diluar dugaan. Mengapa saya sampaikan diluar dugaan? Karena keberangkatannya tanpa rencana jauh hari sebelumnya. Saya akan berbagi dengan pembaca sekalian mengenai pengalaman perjalanan saya mengikuti rangkaian kegiatan Rakernas Ikatan Guru Indonesia (IGI) ke -2 di Lombok Nusa Tenggara Barat.


Kekuatan Do’a
        Bagi saya do’a adalah kekuatan. Keyakinan yang kuat terhadap kekuatan do’a ini terjadi sudah sejak lama, ketika pertama kali saya mendapat pelajaran dari Hadist Nabi Muhammad SAW “Do’a adalah senjata orang beriman”. Dari sinilah saya selalu mengandalkan do’a untuk menghadapi semua permasalahan yang ada dalam hidup saya.
       Pada hari rabu tanggal 18 Mei 2016, saya mendapat informasi dari salah seorang guru yang sudah bergabung dengan IGI beliau adalah Bu Deltania, dari bincang-bincang kami di What’s up IGI Riau yang baru direncanakan akan dibentuk kepengurusannya di wilayah Riau. IGI Riau mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan Rakernas IGI ke-2 di Lombok Nusa tenggara Barat dari tanggal 20-22 Mei 2016. Hari rabu malam saya dapat email yang berisi proposal pengajuan dana pembiayaan kegiatan Rakernas dari Bu Delta Nia. Hanya satu halaman. Proposal itu ditujukan kepada Walikota Pekanbaru. Hari kamis pagi tanggal 19 Mei barulah saya edit proposal tersebut karena ada yang harus diperbaiki. Satu hari menjelang kegiatan rasanya kurang masuk akal untuk berharap proposal ini bisa diterima, apalagi ke pemerintah. Saya beinisiatif untuk meng-sms relasi yang memungkinkan untuk bisa membantu biaya keberangkatan saya. Sms yang saya kirim redaksinya seperti ini “ Assalaamu’alaikum ustaz, saya mohon bantuaannya untuk mengikuti Rakernas Ikatan Guru Indonesia di Lombok Nusa Tenggara Barat tanggal 20-22 Mei. Tiket pesawat jadilah ustaz. Syukron jazakallah khoir”. Sms ini saya kirim ke 7 orang. 
        Menjelang sholat zuhur belum ada balasan sms dari siapapun. Saya mencoba menghubungi orang dekat Walikota yang juga pernah menjadi ketua IGI Riau. Intinya saya minta bantuan ke Walikota untuk pembiayaan Rakernas IGI di Lombok. Namun Allah belum mengizinkan untuk itu. Antara azan dan iqomat sholat zuhur saya berdo’a “ Ya Allah saya mau ke Lombok” itu saja. Saya tidak memikirkannya lagi, apalagi berkhayal sudah ada di Lombok, sembari terus berbicara dengan diri sendiri berbisik kepada Allah “ Ya Allah, aku tidak akan mencampuri urusanMu, aku ridho apapun keputusanMu”.

        Pada saat perjalanan pulang dari sekolah, sekira jam 5 sore saya ditelfon oleh seseorang. Beliau adalah Bapak Dedi Mizwar, SMb direktur PT MCI. Beliau menanyakan mengenai acara tersebut, setelah saya jelaskan beliau mengatakan akan membantu keberangkatan saya. Saya tak henti bersyukur kepada Allah. Dari staff beliau saya dikirimkan tiket PP Pekanbaru –Lombok.

Tiba di Lombok
      Selamat datang dibandara Internasional Lombok. Tulisan itu terpampang jelas dengan tulisan besar yang bisa dibaca dari kejauhan. Syukur saya kepada Allah tanpa henti. Akhirnya Allah mengizinkan saya menginjakkan kaki di belahan bumiNya yang lain. “Katakanlah, berjalanlah kamu dipermukaan bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang sebelum kalian”. Arti dari firman Allah ini selalu terngiang ditelinga saya kemanapun saya melakukan perjalanan. Sesaat sebelum berangkat saya menelfon Ibu saya. Mendapat kabar saya berangkat ke Lombok beliau menangis haru. Dalam tangisnya beliau mengatakan “Alhamdulillah nak, itu tanah Islam”.
    Saya disambut oleh panitia yang sudah stand by di Bandara. Dari perjalanan ke penginapan yang ditempuh dalam waktu sekira 45 menit saya banyak bertanya mengenai Propinsi NTB dan menyampaikan kesan baik saya mengenai negeri ini yang saya baca dari berbagai sumber. Apa yang disampaikan oleh Ibu saya adalah benar. Di Lombok terkenal dari dulu ada kerajaan Islam Bima yang berhasil mengusir penjajah dari tanah Lombok. Sepanjang perjalanan saya melihat banyaknya bangunan mesjid sebagai simbol Islam di negeri ini, bahkan saya tak menemukan rumah ibadah umat lain dari bandara ke penginapan. Entah saya yang kurang perhatian atau bagaimana.
     Pengamatan saya ternyata tidak keliru, sesuai keterangan panitia negeri ini diberi julukan negeri seribu mesjid. Gubernur yang saat ini menjabat juga memiliki gelar yang tidak diberikan di perguruan tinggi manapun di dunia. Dr. MGH. Maha Guru Haji. Begitu penghormatan masyarakat kepada pemimpinnya sebagai pengakuan terhadap keilmuan sekaligus keagamaannya.
Rakernas IGI 2016
     Ini adalah Rakernas ke-2. Kegiatan Rakernas pertama dulu diadakan di Makasar Sulawesi selatan. Sesuai amanat Rakernas 2 ini maka kegiatan Rakernas 2021 akan diadakan di Bandung Jawa Barat. Selain kegiatan Rapat Kerja juga diadakan seminar dan workshop bagi guru-guru yang hadir di Rakernas ini. seminar Perempuan Anti Korupsi dan gerakan Literasi. Wokrshop Teknik menulis PTK, Jurnal, Best Practise serta yang paling diminati dan dinanti-nantikan oleh peserta yaitu Workshp SAGUSANOV. Satu guru satu inovasi, ini merupakan program unggulan IGI. Program ini di inisiasi oleh Bapak M. Kholiq, M.kom seorang guru SMK di Pasuruan Jawa Timur yang juga anggota IGI Jawa timur.
      Di ruangan yang berbeda pengurus pusat dan wilayah sibuk dengan rapat komisi sampai rapat pleno, hebatnya di IGI adalah tidak perlu banyak program, yang penting adalah, program sedikit namun pelaksanaannya maksimal. Maka IGI menetapkan program Literasi, Sagusanov dan Satu juta Anggota IGI untuk lima tahun kedepan harus terlaksana secara maksimal. Salut bagi kawan-kawan IGI.
Semalam di Gili Trawangan
      Penutup dari rangkaian ini adalah touring yang sudah diagendakan oleh rekan-rekan panitia. Salah satu destinasi wisata yang mendunia yang ada di Lombok adalah Pulau Gili Trawangan. Perjalan dari Mataram ke Gili trawangan ditempuh melalui darat dan laut. Sekitar 45 menit perjalanan darat dan 25 menit perjalanan laut. Menjelang sore rombongan peserta Rakernas IGI sudah sampai di pulau Gili Trawangan. Sesuai dengan run down kegiatan kita akan menginap di pulau ini.
     Sungguh luar biasa ciptaan Allah SWT yang ada di pulau ini, dengan pasir pantai berwarna putih, air laut yang jernih tempat ini menjadi pilihan tepat bagi para wisatawan. Panitia menyampaikan pulau ini merupakan destasi wisata nomor 2 setelah kuta Bali. Wisatawan asing sangat mendominasi di pulau ini. sebelum ke pulau Gili trawangan, panitia sudah mewanti-wanti agar tidak ada dari rombongan yang sampai nabrak tembok karena terpesona melihat bule-bule yang memakai busana ala kadarnya itu. Sambil disambung tawa oleh peserta.              
    Sesampainya di pulau ini saya ingin mendapat informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber penduduk asli disini. Bagi saya ini bukan sekedar jalan-jalan dan mengisi kegiatan dengan refresing, duduk-duduk di pinggir pantai menikmati sunset, mandi dilaut, snorkling dan kegiatan lain yang lumrah dilakukan di pulau ini sebagai hiburan. Yang menjadi nara sumber saya adalah seorang gaet kami yang bernama Nadia dan seorang tokoh masyarakat yaitu HM. Arsan, Nadia merupakan penduduk asli pulau ini, walau pada usia 9 tahun dibawa pindah oleh orangtua angkatnya ke Australia dan kembali lagi setelah berumur 19 tahun. Nadia termasuk beruntung, karena mendapatkan jodoh orang Australia dan mau memeluk Islam. Dari hasil pernikahan itu mereka dikarunia Allah 2 orang anak. Satu laki-laki dan satu perempuan. Nadia bercerita banyak tentang keluarganya. Mungkin cerita tentang keluarga Nadia saya tulis lain dikesempatan.
     Menurut cerita Nadia pulau Gili ditempati oleh berbagai suku, namun suku sasak yang merupakan suku asli Lombok merupakan suku dominan yang menempati pulau ini. Nadia sendiri bersuku sasak. Bahasa asli Lombok masih mereka pakai walau dalam kesehariannya mereka juga bisa berbahasa inggris. Ketika saya tanyakan darimana belajar bahasa inggris dia menjawab belajar dari lingkungan, bahkan ada teman nadia yang bernama tono merasa kesulitan pada mula dia menggunakan bahasa inggris, namun karena keadaan yang memaksa dia harus berbahasa inggris akhirnya dia bisa dan mengerti bahasa inggris. Terkadang orang bule yang berkomunikasi dengan pekerja di penginapan mengajarkan bahasa inggris yang benar jika ada kesalahan dalam penggunaan bahasanya, sambil tertawa bule itu meluruskan bahasa mereka.
     HM Arsan. Beliau anggota DPRD Kabupaten Lombok Utara. Beliau penduduk Asli pulau ini. selain sebagai anggota dewan beliau juga pengusaha hotel. Menurut informasi dari beliau penduduk di pulau ini 417 KK. Pulau ini termasuk bagian dari kecamatan pemenang. Ada tiga gugusan pulau di kecamatan pemenang. Yaitu gili mane’, gili air dan gili trawangan. Namun yang banyak wisatawannya adalah gili trawangan. Berdasarkan struktur pemerintahannya gili trawangan merupakan dusun. Ada dusun yang berkelas internasinal. Hebat ya.
     Selama pengamatan saya di pulau yang kecil ini, saya menyampaikan beberapa pertanyaan kepada beliau. Dari pertama datang, saya perhatikan binatang yang ada di sini, saya tidak menemukan satu ekorpun anjing. Kedua nara sumber saya menyampaikan dari sisi yang berbeda, Pak HM Arsan mengatakan bahwa memang dari pertama pulau ini dibuka sampai sekarang, binatang yang tidak bisa hidup disini adalah anjing. Walau sudah ada yang pernah mencoba memeliharanya, namun tidak ada yang berumur lama, paling lama 3 bulan, tanpa sakit dan tanpa sebab apa-apa,  anjing itu mati. Beliau menuturkan secara ilmiah pernah dibuktikan oleh seorang ilmuwan dari francis yang pernah melancong ke pulau ini. hasil penelitiannya membuktikan ada gas beracun dari gunung rinjani yang ada di Lombok yang tak cocok untuk Anjing. Penduduk disini juga menamakan pulau ini dengan pulau kucing. Karena binatang kucing sebagai lawan anjing dalam dongeng.  kuda, kambing, ayam merupakan binatang piaraan masyarakat disini.
      Dari sudut pandang kepercayaan masyarakat dikaitkan dengan leluhur yang merintis pulau ini, dulu pernah hidup seorang syaikh utusan wali songo untuk berdakwah dipulau ini. mereka tak satupun yang memelihara anjing. Ketika dakwah Islam telah massif datanglah pasukan hindu dari bali yang coba menyerang untuk kemudian berkuasa di pulau ini. berkat perjuangan masyarakat akhirnya pasukan hindu berhasil dipukul mundur. Sampai sekarang anjing memang tidak pernah hidup di pulau ini, boleh jadi, menurut beliau ada do’a dari syaikh untuk menjaga pulau ini dari hal hal seperti itu. Wallahu a’lam.
     Saya juga kagum dengan keramahan dan hormat serta jaminan kemanan bagi pengunjung dari masyarakat asli disini. Menurut saya ini adalah tempat paling aman, karena ketika saya lihat barang-barang milik siapapun ada di tempat terbuka namun tidak ada yang hilang, saya coba pastikan kepada mereka tentang ini, ternyata perkiraan saya tepat. Namun sebagai manusia yang hati-hati kita harus tetap waspada, karena apapun bisa terjadi diluar apa yang kita bayangkan. 
      Malam itu saya tidak bisa tidur. Saya betul-betul ingin memanfaatkan momen ini. kami terus bercerita. Biasanya pada bulan juni dan juli pulau ini semakin padat pengunjung. Harga-harga penginapan pun menyesuaikan. Saya sempat meminta nomor handphone pemilik home stay tempat kami menginap jika sewaktu-waktu ada kesempatan lagi berkunjung ke sini. Makanan di tempat ini sungguh membuat kita puas, hampir semua lauk pauknya adalah hasil olahan dari laut, setiap malam ada pasar seni yang disitu dijual berbagai masakan olahan seafood. Tinggal kita pegang saku aja, kalau tebal dan isinya duit maju teus, namun kalau tebal isinya Koran tahan dulu. Siap-siap menelan air liur. Hehe…
      Sebagai penutup dari catatan perjalanan ini akan saya sampaikan mengenai pendidikan di pulau ini. bagi saya pendidikan itu merupakan jantung untuk kehidupan masyarakat. Mulanya saya tidak melihat ada bangunan sekolah di pulau ini, walau setelah saya berkeliling naik sepeda yang saya rental rp. 50 ribu selama satu hari. Hampir semua yang sudah ada bangunannya saya kunjungi, karena pulau ini tidak begitu luas. Penasaran saya ini saya coba sampaikan ke Nadia dan pak HM Arsan. Ternyata di situ ada sekolah mulai TK-SMK, untuk TK semuanya Swasta, sedangkan SD dan SMP Negeri. Penduduk dari pulau Gili mane’dan gili air juga bersekolah ke pulau gili trawangan, sehingga muridnya ramai. Awalnya saya berbisik kepada teman, kok ditempat ini tidak saya jumpai sekolah? Jangan-jangan masyarakat disini tidak butuh sekolah karena dari kecil mereka sudah terbiasa berbisnis, mulai dari menjadi gaet untuk turis sampai bekerja di cafĂ©, restoran, bar, hotel dan penginapan juga di traveling nya. Teman saya juga mengaminkan.
      SMA dan sederajat yang ada disini adalah SMK Pariwisata. Itupun swasta. Alasannya menurut pak Arsan adalah karena melihat potensi daerah sebagai daerah kunjungan wisata, jadi lembaga pendidikan yang cocok adalah SMK. Jika anak-anak disini mau melanjutkan ke SMA dan kuliah mereka harus merantau ke daerah ibukota propinsi. Juga ke sekolah-sekolah lain. Jadi anak-anak disini dpersiapkan untuk langsung bekerja di bidang pasiwisata. Satu sisi memang sangat bagus, karena akan memberikan solusi dan menghindari pengangguran, namun disisi lain menurut saya merupakan ancaman bagi keberlangsungan eksistensi penduduk Asli karena mereka hanya disiapkan untuk menjadi pekerja kasar, bukan penentu kebijakan menjadi pemimpin dan tuan dinegeri sendiri, sementara menurut Pak Arsan tanah yang ada dipulau ini sebagian sudah ada yang dimiliki oleh warga Negara asing dan sebagian lain juga mereka sewa untuk pusat bisnis pariwisata mereka. Lima atau sepuluh atau dua puluh tahun kedepan kita khawatir pulau ini sudah menjadi dominansi warga asing, tinggallah masyarakat Asli menjadi pekerja bagi mereka yang punya cerita masa lalu ke anak cucu mereka bahwa dulu tanah ini adalah milik kita.
Note: semoga bermanfaat. Ucapan terima kasih kepada sponsor IGI PT MCI, Bapak Dedi Mizwar dan Taufik Algeri serta Ir. H. Masnyur Anggota Fraksi PKS DPRD Prop. Riau.


Syafri Maltos, S.Pd., M.Pd.
Kepala SMA-IT Abdurrab
IGI Riau

Read More
Designed ByBlogger Templates